Walaupun terlambat, saya coba untuk menuliskan apa yang saya lakukan dalam membantu anak SD meraih nilai UASBN yang lebih baik.
Ceritanya seperti ini:
Saya memiliki murid bernama Shania. Dia dimasukkan ke tempat bimbel saya 2 bulan menjelang UASBN. "Wah, Ibu mengapa terlambat?" "Saya baru tahu ttg "Bu Rini" minggu lalu. Saya minta tolong agar anak saya bisa matematika." "Selama ini les dimana, Bu?" "Les di bimbel X".
Setelah saya screening ternyata kemampuan IPA dan Bahasa Ind Shania juga kurang. Saya kejar terlebih dahulu untuk meningkatkan 2 mata pelajaran ini dengan memberi kisi-kisi, rangkuman, dan LKS yang mesti dikerjakan. Saya drill murid-murid dengan modul tersebut, dengan syarat:
1. Baca terlebih dahulu kisi-kisi dan rangkuman
2. Hafalkan
3. Kerjakan soal
Anak-anak begitu 'nurutnya' saya suruh seperti itu. Dalam 2 jam baca kisi-kisi dan rangkuman selesai. Pertemuan selanjutnya kerjakan soal-soal dan LKS. Jika tidak bisa, boleh membuka buku atau rangkuman.
Tahap kedua, berikan soal pada anak-anak dengan multi media. Dengan kapasitas 1 kelas = 5 anak, maka tiap soal bisa langsung dibahas solusinya. Anak-anak disuruh mengacungkan 1 jari untuk jawaban A, 2 jari untuk jawaban B, dst. Sehingga jawaban 1 anak tidak mempengaruhi anak lain dalam menjawab soal. Jika anak menjawab salah, cukup jawab, "Yaaa." Di-iya-kan saja dulu semuanya.
Kunci jawaban dan penyelesaian dibuka. Maka anak akan tahu apakah jawabannya salah atau benar. (Keterangan: media belajar dengan infocus). Anak yang menjawab salah, saya suruh menghafal pembahasan soalnya secara rinci. (Tiap soal hanya butuh < 5 menit, itulah hebatnya anak-anak, bisa dengan cepat menghafal suatu materi).
Dalam 1 - 2 bulan nilai Try Out IPA dan Bahasa Indonesia anak-anak (termasuk Shania) berangsur membaik, mendekati nilai 9,5 atau 10. Kondisi sudah aman.
Khusus untuk Shania, saya mulai memperhatikan kemampuan matematika anak tersebut. Untuk 4 anak yang lain, saya sudah tidak perlu mengajari matematika, karena kemampuan matematika sudah aman sejak awal semester 2.
Saya komunikasikan kemampuan Shania pada orang tuanya. Bulan kemarin saya tidak mengajarkan matematika pada Shania karena kemampuan IPA dan B. Ind masih kurang. Sekarang sudah aman. Saya minta waktu 3 x pertemuan khusus untuk 'memelototi' Shania mengerjakan soal.
Apa yang saya lakukan terhadap Shania? Selama ini nilai Try Out matematika Shania berkisar antar 6 - 8. Artinya, kemungkinan besar Shania sudah hafal rumus namun kurang efektif dalam melakukan operasi hitungan dasar (bagi-kali-tambah-kurang dan pecahan).
(1). Ajarkan konsep pecahan (1 1/2 + 2 3/5), (1 1/2 : 3/4), dll.
Ajarkan cara menghitung pecahan ini dengan kaidah yang benar. Pecahan ini akan digunakan pada 10 -11 soal UASBN.
(2). Ajarkan perbandingan, skala, persen, dan statistika. Materi ini merupakan salah satu aplikasi dari konsep pecahan. Beri anak 10 soal pada tiap materi. Misalnya perbandingan 10 soal, skala 3 soal (krn ada hubungannya dengan perbandingan), persen 3-5 soal, statistika 5-7 soal.
Setiap mengajarkan materi, pada tiap soal, doktrin 'halus' agar anak membuat coretan yang rapi, tuliskan rumus, beri kata-kata, dst.
(3). Beri pesan pada anak agar mengingat apa yang kita ajarkan karena materi ini akan muncul di UASBN.
(4). Beri motivasi pada anak, "Insya Allah, pasti bisa-lah kamu nanti. Makanya, ingat materi yang Bu Rini ajarkan.... Tahun kemarin dari 14 anak ada 4 anak yang mendapat nilai 10. Kamu juga bisa dapat 10."
(5). Pada pertemuan ketiga, Shania saya tungguin mengerjakan UASBN 2009 dan alhamdulillah dalam posisi aman. Dugaan saya benar, Shania hanya butuh pembenahan pada hitungan operasional hitungan dasar dan penalaran soal cerita. Pada saat itu saya katakan pada Shania, "Insya Allah, nilai kamu diantara 9 - 10. Kalau mau nilai 10, kamu ingat apa yang Bu Rini ajarkan." Shania tersenyum dan mengangguk.
(6). Bagaimana membantu penalaran soal cerita pada anak? Saya beri contoh soal UASBN 2009 yang baru saja dikerjakan Shania:
Nomor 21. Berat sebuah truk bermuatan beras adalah 13,6 ton. Bila berat beras tersebut 8.420 kg, berapa berat truk itu?
Shania terdiam agak lama. Ini artinya Shania belum memahami maksud kalimatnya. Saya tanyakan "Bagaimana cara menjawabnya?" "Ditambah ya?!" kata Shania. Pertanyaan Shania saya jawab dengan mengambil penghapus dan kalkulator yang ada di depan saya. Penghapus saya letakkan di atas kalkulator. Saya katakan ulang, "Berat truk dan beras ini adalah 13,6 ton." Saya ambil penghapus dari atas kalkulatir sambil saya katakan, "Berat berasnya 8.420 kg. Berapa berat truknya?" Shania langsung menjawab,"Dikurang!".
Saya tidak pernah memberikan jawaban pada anak. Saya hanya bercerita dan biarkan anak menemukan jawabannya sendiri. Cara-cara seperti ini akan dengan cepat bisa membantu anak menalar soal cerita.
Lain lagi dengan soal tentang ciri-ciri bangun datar.
Nomor 25. Suatu bangun datar mempunyai ciri-ciri sbb:
a. Mempunyai dua pasang sisi sejajar
b. Keempat sisinya sama panjang
c. Sudut-sudut yang berhadapan sama besar
d. Mempunyai dua buah diagonal yang saling tegak lurus
Bangun tersebut adalah:
A. Trapesium B. Jajarangenjang C. Persegipanjang D. Belahketupat
Shania kebingungan menjawab soal no. 25. Saya cukup mengatakan, "Gambarkan saja pilihan gandanya!" Shania lantas menggambar bangun datar yang disebutkan di pilihan ganda. Begitu selesai menggambar, Shania berpikir sebentar dan langsung menjawab "D"!
Mungkin ada pertanyaan, "Mengapa Bu Rini bisa begitu sabarnya menunggui anak mengerjakan soal selama 2 jam?" Bagi saya menunggui anak bukanlah pekerjaan. Namun hanya melepas rasa letih setelah sekian lama berhadapan dengan komputer. Sikap saya dalam menunggui anak pun sangat santai. Hingga anak-anak pun tidak merasa terbebani.
Selamat UASBN anak-anak. Saya katakan pada murid-murid saya, "Kalau masih SD, peluang untuk mendapat nilai 10 itu sangat besar. Makanya kalian yang teliti, pelan-pelan saja mengerjakan soalnya biar dapat 10."
"Menurut Ibu, berapa nilai yang jelek itu?" tanya anak-anak. Saya santai saja menjawab, "Kalau kalian cuma dapat nilai 9, itu jelek. Itu nilai pasaran. Makanya, nurut sama Bu Rini."
"Nurut sama Bu Rini" adalah kata-kata yang selalu diingat anak dan menjadi semacam 'trade mark' tempat les Bu Rini. Oh ya, tempat les Bu Rini namanya "Ganesha-One" yaaa...lihat di www.ganesha-one.com.
Jangan lupa juga beli buku "RINGKASAN MATEMATIKA SD, panduan lengkap dan praktis" karangan Ir. Koeshartati Saptorini, cetakan kedua di toko buku Gramedia terdekat.
Saturday, May 1, 2010
Subscribe to:
Posts (Atom)
About Me
- Koeshartati Saptorini
- Saya, lulusan ITB, yang telah mengajar matematika SD hingga SMA selama lebih dari 20 tahun. (Dari tahun 1990 hingga sekarang).
Saya sangat menikmati dunia mengajar.
Saya juga mengajar anak SMA kelas Internasional hingga mereka bisa mengerti materi A Level matematika, fisika, dan kimia dengan lebih mudah.
Dalam mengembangkan materi pelajaran, saya mempunyai tenaga ahli, jurusan teknik fisika - ITB (S-1) dan teknik informatika - ITB (S-2).
Saat ini saya juga aktif memberi pelatihan "Bagaimana Mengajar Matematika Secara Mudah dan Menyenangkan" bagi guru-guru SD di Indonesia. Kegiatan ini dimotori oleh ITB88 Peduli Pendidikan.
Hubungi saya di:
facebook "Koeshartati Saptorini" https://www.facebook.com/rini.ks.5