Saturday, September 8, 2012

Proses Belajar

Proses Belajar

Ganesha-Satu didirikan atas dasar keprihatinan terhadap maraknya bimbingan belajar yang mengedepankan cara cepat menyelesaikan soal tanpa mengindahkan proses belajar yang benar terhadap anak didik.

Alasan sebagian besar siswa mengikuti bimbingan belajar karena mereka tidak cukup puas dan tidak cukup mengerti materi pelajaran yang diajarkan guru. Namun banyak kejadian bahwa murid diarahkan untuk mahir menjawab soal dengan cepat tanpa menguasai konsep dasar ilmu yang sesungguhnya.
Pendekatan proses belajar seperti ini akan berdampak buruk bagi anak-anak dan akan menciptakan generasi yang hanya mampu “mengisi titik-titik”. Tragedi ini akan membuat perlahan namun pasti murid menjadi bosan dan akan mematikan minat intelektual murid untuk mempelajari ilmu secara dini.

Pada saat les tambahan sering terjadi proses “menyuapi” cara menjawab soal sehingga akan terbentuk generasi yang kurang mandiri dan kurang kreatif. Ketika mereka dihadapkan pada sebuah persoalan, mereka berpikir pasti guru membantu memecahkan cara menjawab persoalan tersebut. Yang terbentuk selanjutnya adalah pribadi-pribadi yang kurang mandiri dalam berpikir.

Proses belajar bukan sekedar mentransfer ilmu atau cara cepat menjawab soal. Proses belajar adalah proses untuk menumbuhkan motivasi anak agar anak senang mendalami materi dan mau berkreasi sehingga berinovasi. Belajar harus menjadi proses yang bermakna bagi anak, sehingga anak terbiasa menggunakan akal dan pikiran untuk menyelesaikan masalah.

Soal yang hanya membutuhkan satu jawaban benar tidak bisa menstimulasi kemampuan berfikir kreatif. Sebaiknya penilaian kemampuan anak pada suatu mata pelajaran tidak didasarkan pada benar atau salah jawaban akhir dari soal tersebut (misalnya pada soal pilihan ganda matematika). Anak diarahkan untuk menyelesaikan persoalan dengan mengembangkan daya nalar dan diarahkan untuk menemukan sendiri rumus atau cara menyelesaikan soal tersebut. Untuk menstimulasi berpikir kreatif anak harus terbiasa membuat alternative jawaban.

Proses belajar seharusnya melibatkan seluruh kemampuan dasar yang dimiliki oleh anak, yaitu akal, imajinasi, daya nalar, dan kreatifitas. Pada pelajaran matematika misalnya, anak diajak untuk menggunakan akal, imajinasi, gerak, kreatifitas, dan emosi mereka untuk menyelesaikan persoalan.

Sebagai contoh, perhatikan soal berikut ini!
“Paman membeli 2 sepeda seharga Rp. 400.000,00. Kemudian sepeda itu dijual lagi dengan harga Rp. 250.000,00 tiap sepeda. Untung atau rugikah paman? Berapa persen keuntungan atau kerugiaannya?”
Soal matematika ini akan menjadi soal yang sangat susah dipecahkan oleh anak kelas 3 SMP yang tidak terbiasa memecahkan soal dengan kemampuan nalar. Mereka akan menjawab tidak mengerti dan selanjutnya mereka langsung menyerah untuk memikirkan cara mencari jawaban karena mereka tidak terbiasa melihat bahwa matematika amat dekat dengan kejadian sehari-hari.
Tetapi ketika soal ini dihadapkan kepada seorang anak kelas 5 SD yang terbiasa belajar dengan proses belajar yang benar, mereka tidak terlalu menemui kesulitan dalam menjawab soal. Pada saat mengerjakan soal tersebut terjadi proses dialog antara guru dengan anak kelas 5 SD, yaitu:
Anak : “Bu, saya tidak bisa mengerjakan soal ini. Bagaimana,Bu?
Guru : “Kamu pasti bisa. Bayangkan yang membeli sepeda itu bukan paman, tetapi ganti dengan kata aku. – Aku membeli 2 sepeda seharga Rp. 400.000,00……..dst”
Anak : “O, iya Bu, iya Bu. Sekarang saya mengerti”

Selanjutnya anak tersebut bisa menjawab dengan runutan nalar yang benar atas dasar kemampuan berpikir mereka sendiri. Proses belajar yang melibatkan pengalaman anak untuk memecahkan persoalan, akan terpatri kuat pada memori anak, sehingga diharapkan anak akan mempunyai kemampuan memecahkan soal secara mandiri. Proses ini akan menambah rasa percaya diri anak bahwa mereka mampu menyelesaikan persoalan secara mandiri.

Dalam proses menyelesaikan soal matematika di atas, maka anak dilibatkan dalam:
Berpikir menggunakan logika
Berpikir menggunakan fisik
Berpikir menggunakan kreatifitas
Logika, fisik, dan kreatifitas harus dilibatkan dalam belajar matematika. Diharapkan dari proses berpikir ini minat intelektual anak pada materi pelajaran lain ikut terkembangkan.

Sumber gambar:
http://www.illustrationsof.com & http://www.picturesof.net & oom google

No comments:

About Me

My photo
Saya, lulusan ITB, yang telah mengajar matematika SD hingga SMA selama lebih dari 20 tahun. (Dari tahun 1990 hingga sekarang).
Saya sangat menikmati dunia mengajar.
Saya juga mengajar anak SMA kelas Internasional hingga mereka bisa mengerti materi A Level matematika, fisika, dan kimia dengan lebih mudah.
Dalam mengembangkan materi pelajaran, saya mempunyai tenaga ahli, jurusan teknik fisika - ITB (S-1) dan teknik informatika - ITB (S-2).
Saat ini saya juga aktif memberi pelatihan "Bagaimana Mengajar Matematika Secara Mudah dan Menyenangkan" bagi guru-guru SD di Indonesia. Kegiatan ini dimotori oleh ITB88 Peduli Pendidikan.
Hubungi saya di:
facebook "Koeshartati Saptorini" https://www.facebook.com/rini.ks.5